Harga emas dunia akhirnya tergelincir setelah mencatat penguatan beruntun dalam beberapa hari terakhir. Pada perdagangan Jumat (17/10/2025) waktu New York, harga emas berjangka di bursa COMEX ditutup turun 1,77 persen ke level USD 4.248,72 per troy ons, menandai koreksi signifikan setelah sebelumnya mencetak rekor tertinggi sepanjang masa di atas USD 4.300 per ons.
Penurunan tajam ini dipicu oleh penguatan dolar Amerika Serikat (AS) dan aksi ambil untung dari investor yang sebelumnya menikmati lonjakan harga emas akibat ketegangan geopolitik dan ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Menguatnya dolar membuat emas menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga menekan permintaan global.
Analis pasar logam mulia menyebut bahwa koreksi ini masih tergolong wajar. “Setelah reli panjang dan sentimen geopolitik yang mulai mereda, investor memilih untuk mengamankan keuntungan. Namun dalam jangka menengah, emas masih berpotensi menguat karena ketidakpastian ekonomi global belum sepenuhnya hilang,” kata salah satu analis dari Kitco Metals.
Di pasar domestik, harga emas ikut terkoreksi mengikuti tren global. Berdasarkan data sejumlah toko perhiasan besar di Indonesia, harga emas turun sekitar Rp 14.000 per gram pada Sabtu (18/10/2025). Meski demikian, permintaan tetap stabil, terutama dari konsumen yang melihat penurunan ini sebagai peluang untuk membeli di harga lebih rendah.
Faktor lain yang turut menekan harga emas adalah rilis data ekonomi AS yang lebih kuat dari perkiraan. Data tersebut memperkecil peluang The Fed untuk menurunkan suku bunga dalam waktu dekat, sehingga mendorong penguatan dolar lebih lanjut.
Meskipun harga emas dunia sempat tertekan, banyak analis memprediksi bahwa logam mulia ini masih akan menjadi aset lindung nilai utama di tengah risiko perlambatan ekonomi global. Dalam beberapa pekan mendatang, pergerakan emas diperkirakan akan bergantung pada kebijakan moneter The Fed, situasi geopolitik di Timur Tengah, serta data inflasi AS yang akan dirilis akhir bulan ini.