Industri otomotif Tanah Air tengah menghadapi masa sulit. Sepanjang kuartal terakhir 2025, tren penjualan mobil tercatat mengalami penurunan signifikan. Kondisi ekonomi global yang tidak stabil, daya beli masyarakat yang menurun, hingga suku bunga tinggi menjadi kombinasi faktor yang menekan pasar kendaraan bermotor.
Salah satu pabrikan yang ikut merasakan dampaknya adalah GAC AION Indonesia, produsen mobil listrik asal Tiongkok yang baru masuk pasar nasional beberapa waktu lalu. Melalui pernyataan resminya, pihak GAC menyebut bahwa insentif atau stimulus dari pemerintah akan sangat membantu menjaga momentum transisi ke kendaraan listrik di tengah penurunan penjualan.
“Pasar sedang melambat, bukan hanya di segmen mobil konvensional tetapi juga EV. Kami berharap ada kebijakan tambahan untuk mendorong minat masyarakat, seperti potongan pajak atau bantuan pembiayaan bagi pembeli mobil listrik,” ujar Randy Lim, Marketing Director GAC Indonesia.
Menurut data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), total penjualan mobil pada Oktober 2025 turun sekitar 8% dibanding bulan sebelumnya, dan bahkan menurun 15% dibanding periode yang sama tahun lalu. Penurunan ini terlihat di hampir semua segmen—baik kendaraan bensin, hybrid, maupun listrik.
GAC menilai, dengan potensi besar pasar otomotif Indonesia dan komitmen menuju emisi nol bersih, dukungan pemerintah dalam bentuk stimulus fiskal maupun infrastruktur sangat dibutuhkan. “Kalau pasar stagnan terlalu lama, adopsi kendaraan listrik bisa ikut terhambat,” tambah Randy.
Meski begitu, GAC masih optimistis menghadapi 2026. Mereka berencana memperluas jaringan diler dan layanan purna jual, sekaligus meluncurkan model baru dengan harga lebih terjangkau. Harapannya, langkah tersebut bisa menarik kembali kepercayaan konsumen dan menggerakkan roda industri otomotif nasional.
