Sarung sebuah kain yang biasa digunakan oleh laki-laki Indonesia untuk pergi melakukan ibadah sholat. Sarung biasanya berbentuk kota dengan selongsong yang memiliki motif bermacam-macam.
Bahkan saat ini sarung tidak lagi hanya digunakan untuk pakaian saat beribadah atau aktivitas sehari-hari, akan tetapi mulai merambah ke Industri mode masa kini. Tentunya, hadirnya sarung ini telah melalui berbagai macam perjalanan sejarah.
Adapun simbol-simbol yang melekat pada sarung seperti simbol budaya, keagamaan, keragaman, dan tradisionalitas ternyata berkaitan dengan negeri Timur Tengah. Menurut, beberapa catatan sejara menjelaskan bahwa sarung berasal dari Yaman.
Dimana catatan ini juga menjelaskan mengenai suku Badui yang tinggal di Yaman, suku tersebut memakai sarung sebagai busananya. Pada saat itu, Suku Badui menggunakan kain putih sebagai bahannya yang dicelupkan ke dalam pewarna kain hitam agar tidak cepat terlihat kotor.
Penggunaan sarung sebagai busana ini akhirnya ikut meluas ke berbagai wilayah yang ada di dunia. Perjalanan sarung ke wilayah Asia sendiri dibawakan oleh mereka yang berasal dari semenanjung Arab. Kemudian, pada abad ke-14 pertama kalinya sarung masuk ke perdagangan di Nusantara.
Pada saat itu sarung dibawa oleh sejumlah saudagar Arab yang juga turut menyebarkan agama Islam. Oleh karena itulah sarung identik dengan kebudayaan Islam dalam perkembangannya. Menurut dari catatan buku Nusa Jawa Silang Budaya: Batas-Batas Pembaratan (2005) yang ditulis oleh Denys Lombard, Pangeran Djajadiningrat dari Kesultanan Banten pada tahun sekitar 1902 menunjukkan bahwa masyarakat Jawa masih memakai sarung, jas model Jawa, dan kain tutup kepala (destar). Walau begitu, budaya menggunakan sarung sebagai busana yang barangkali telah ada di berbagai suku di Indonesia jauh sebelum catatan sejarah tersebut ada. Di antaranya dapat dilihat dari berbagai daerah yang memang memiliki warisan peradaban tersebut.