Search
Close this search box.

Dalam Penelitian Manfaat Kubis Dapat Mencegah Kanker!

"Para peneliti menemukan bahwa sulforaphane memiliki kekuatan untuk menghambat enzim berbahaya histone deacetylase (HDAC), yang terlibat dalam perkembangan sel kanker."

Kubis merupakan jenis tanaman cruciferous, termasuk sayuran dalam keluarga Brassicaceae, bersama brokoli, kembang kol, kangkung, arugula, bok choy, dan lobak.

Menurut sebuah penjelasan asupan sayuran cruciferous yang lebih tinggi telah dikaitkan dengan penurunan risiko beberapa kondisi kesehatan, termasuk diabetes, penyakit kardiovaskuler, muskuloskeletal, dan kanker.

Kubis kaya akan vitamin C, serat, vitamin K, vitamin B6 dan folat. Selain tiu, sayur ini juga tinggi serat dan mengandung antioksidan kuat, termasuk polifenol dan senyawa belerang. Kubis juga mengandung sejumlah kecil mikronutrien lainnya, termasuk vitamin A, zat besi, dan riboflavin.

Diketahui bahwa kubis kaya akan vitamin C yang dapat membantu tubuh menyerap zat besi non-heme, jenis zat besi ditemukan dalam makanan nabati. Vitamin C adalah antioksidan yang kuat dan telah diteliti secara ekstensif untuk mengetahui potensi kualitasnya dalam melawan kanker.

Vitamin C berfungsi melindungi tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas, yang telah dikaitkan dengan banyak kondisi kronis, termasuk kanker. Sejumlah bukti menunjukkan bahwa pola makan tinggi makanan kaya vitamin C dikaitkan dengan penurunan risiko kanker tertentu.

Meskipun diperlukan lebih banyak penelitian untuk mengetahui dampak vitamin ini terhadap pencegahan kanker, vitamin C dapat dipastikan memainkan peran penting dalam fungsi penting dalam tubuh. Sebuah senyawa ditemukan dalam kubis dan jenis sayuran cruciferous lainnya dikenal sebagai 3,3’-diindolylmethane (DIM).

DIM diperkirakan memiliki efek perlindungan terhadap kanker, dan menunjukkan adanya harapan untuk menggunakannya sebagai perisai untuk melindungi jaringan sehat selama pengobatan kanker di masa depan.

Senyawa sulforaphane dalam kubis juga disebut bisa menjadi pelawan kanker yang potensial. Itu adalah senyawa mengandung sulfur, yang memberi rasa pahit pada sayuran cruciferous. Penelitian selama 30 tahun terakhir secara konsisten menunjukkan bahwa mengkonsumsi sayuran cruciferous, termasuk kubis, dikaitkan dengan rendahnya risiko kanker.

Para peneliti juga terus menguji kemampuan sulforaphane untuk menunda atau menghambat kanker. Hasil yang menjanjikan pada tingkat molekuler telah terlihat pada berbagai jenis kanker, termasuk melanoma, esofagu, prostat, dan pankreas. Para peneliti menemukan bahwa sulforaphane memiliki kekuatan untuk menghambat enzim berbahaya histone deacetylase (HDAC), yang diketahui terlibat dalam perkembangan sel kanker.

Studi lain, yang dilakukan di University of Missouri, mengamati bahan kimia lain yang ditemukan dalam kubis, peterseli, dan seledri, yang disebut apigenin. Ditemukan penurunan ukuran tumor ketika sel-sel dari bentuk kanker payudara yang agresif ditanamkan pada tikus penelitian. Para peneliti mengklaim bahwa temuan mereka menunjukkan bahwa apigenin berpotensi digunakan sebagai pengobatan kanker tidak beracun di masa depan.

Kubi merah mengandung antioksidan kuat antosianin, yang telah terbukti di laboratorium memperlambat proliferasi sel kanker, membunuh sel kanker yang sudah terbentuk, dan menghentikan pembentukan pertumbuhan tumor baru. Namun, tidak diketahui apakah efek ini akan berdampak pada pencegahan atau pengobatan kanker pada manusia. Sehingga masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut.