Lo sadar gak sih, beberapa tahun terakhir, film Indonesia kayak lagi revival? Dari dulu kita udah punya sejarah panjang di dunia film, tapi sekarang… momentum-nya beda. Lebih besar, lebih keren, dan lebih berani.
Menurut laporan PwC 2025 Global Entertainment & Media Outlook, sektor bioskop Indonesia tumbuh hampir 10% setiap tahun — itu dua kali lipat dibanding rata-rata pertumbuhan global. Artinya, industri film kita bukan cuma bangkit, tapi lagi ngebut! Tahun 2024 kemarin aja, film lokal berhasil nguasain 65% pasar box office nasional. Itu angka yang dulu cuma bisa dicapai sama film impor kayak Avengers atau Fast & Furious.
Salah satu contoh paling gila datang dari film animasi Jumbo. Siapa yang nyangka, film animasi buatan anak bangsa bisa nembus lebih dari 9,6 juta penonton dan dapet pendapatan lebih dari 20 juta dolar AS? Film ini bahkan jadi animasi terlaris di Asia Tenggara, ngalahin beberapa produksi Jepang dan Korea.
Dan lucunya, Jumbo gak cuma sukses di bioskop, tapi juga viral di TikTok. Banyak banget konten fan-art, meme, sampe challenge yang muncul karena film ini. Jadi jelas banget: generasi sekarang gak cuma nonton, tapi juga ngidupin cerita yang mereka suka.
Menurut The Guardian, Asia Tenggara lagi masuk masa “golden age of cinema” karena film lokal makin kuat di pasar sendiri. Indonesia termasuk yang paling menonjol, karena punya ecosystem kreatif yang solid — sineas muda berani ngulik tema baru, penulis naskah makin ekspresif, dan visual storytelling kita makin sinematik banget.
Film lokal sekarang juga jauh lebih relatable. Cerita-ceritanya gak cuma tentang cinta-cintaan, tapi juga eksplor kehidupan nyata, isu sosial, dan budaya pop. Lihat aja Munkar yang bawa horor ke level yang lebih filosofis, atau Petualangan Sherina 2 yang sukses ngasih nostalgia sambil tetap relevan buat generasi baru. Bahkan genre film lokal makin bervariasi: ada coming-of-age story, urban drama, sampai sci-fi ringan dengan nuansa khas Indonesia.
Tapi ya, di balik hype ini, masih ada PR besar. Isu klasik kayak pembajakan, keterbatasan layar bioskop, dan promosi film lokal masih jadi tantangan. Beberapa film bagus malah nggak sempat tayang luas karena slot bioskop penuh sama film Hollywood. Tapi di sisi lain, ini juga bikin banyak sineas muda makin semangat buat eksplor jalur digital. Sekarang banyak banget film lokal yang tayang eksklusif di platform streaming — dan hasilnya tetap rame!
Yang bikin makin keren, brand-brand lokal juga mulai sadar kalau dunia film itu ladang kolaborasi yang menarik. Ada yang bikin product placement kreatif, ada juga yang bantu produksi lewat sponsor, bahkan beberapa bikin fashion collabdari karakter film. Industri film kita pelan-pelan berubah jadi ekosistem yang gak cuma jual tiket, tapi juga lifestyle, merchandise, dan fandom.
Jadi, minggu ini kalau lo mau ke bioskop, kasih kesempatan buat film Indonesia. Bukan karena “nasionalisme”, tapi karena emang keren dan relate banget sama kehidupan kita.
Nonton, review, dan viralin — biar dunia tau kalau Indonesia bukan cuma punya film, tapi juga punya cerita yang hidup.











