Search
Close this search box.

Gastronomic Tourism: Wisata Rasa yang Lagi Hits di Indonesia

"Kuliner jadi cara paling gampang buat ngerti budaya lokal, karena tiap makanan punya cerita, mulai dari sejarah, bahan lokal, sampai cara penyajiannya."

Traveling sekarang udah naik level. Kalau dulu tujuan utama liburan cuma foto kece buat feed Instagram, anak muda sekarang punya alasan lain yang nggak kalah penting: kulineran! Tren gastronomic tourism alias wisata rasa lagi hype banget. Bukan sekadar mampir ke destinasi populer, tapi juga menjadikan makanan khas daerah sebagai highlight utama dari perjalanan.

Ambil contoh Jogja. Kota ini nggak pernah kehabisan daya tarik, apalagi soal kuliner. Gudeg jadi ikon yang wajib banget dicoba—manis, gurih, dan biasanya disajikan bareng krecek pedas yang bikin nagih. Tapi Jogja nggak berhenti di situ. Ada kopi arang yang uniknya nggak ketulungan: kopi hitam panas disajikan dengan arang membara di dalamnya. Sensasi smoky dan tradisionalnya bikin nongkrong di angkringan jadi punya cerita sendiri. Malamnya, bisa lanjut ke wedang ronde atau jajanan pasar yang murah meriah tapi selalu bikin kangen.

Pindah ke Medan, ibaratnya lo masuk ke melting pot kuliner Indonesia. Medan punya pengaruh budaya Batak, Melayu, dan Tionghoa yang nyampur jadi satu, bikin pilihan makanannya super beragam. Lo bisa nyobain kwetiau siram legendaris yang teksturnya beda banget dari kota lain, bakmi khas Medan dengan topping melimpah, atau lontong sayur yang jadi menu sarapan favorit orang sana. Malam harinya, kawasan Pagaruyung jadi spot wajib, penuh kuliner jalanan mulai dari martabak India sampai nasi goreng kambing. Jangan lupa juga soto Medan yang creamy gurih, beda dengan soto-soto lain di Indonesia.

Nah, kalau ngomongin Bali, tentu bukan cuma pantainya yang bikin dunia jatuh cinta. Pulau Dewata juga jadi pusat fusion gastronomy. Banyak resto dan café kreatif yang ngasih twist modern pada kuliner lokal. Sate lilit disajikan ala fine dining dengan plating estetik, smoothie bowl warna-warni dengan topping segar yang fotogenik banget buat konten, atau restoran fusion yang nge-blend masakan lokal dengan gaya internasional. Nongkrong di beach club sambil nikmatin seafood segar dan cocktail tropis juga udah jadi bagian dari “ritual wajib” buat anak muda yang liburan ke Bali.

Tren ini nunjukin kalau anak muda makin sadar bahwa traveling itu bukan cuma soal destinasi, tapi juga soal pengalaman rasa. Kuliner jadi cara paling gampang buat ngerti budaya lokal, karena tiap makanan punya cerita, mulai dari sejarah, bahan lokal, sampai cara penyajiannya. Liburan jadi lebih personal ketika lo pulang dengan cerita: bukan hanya tentang pantai atau gunung, tapi juga tentang rasa gudeg di Jogja, kwetiau di Medan, atau smoothie bowl di Bali.

Jadi, kalau lo lagi rencanain trip, jangan cuma nyusun itinerary foto-foto. Siapin juga food bucket list. Karena kadang, satu gigitan gudeg bisa bikin lo jatuh cinta sama Jogja, satu suapan soto Medan bikin lo kangen balik lagi, atau satu gelas cocktail tropis bikin momen Bali lo nggak pernah terlupakan.

Intinya, traveling tanpa kuliner itu kayak nonton konser tanpa sound system—tetep bisa, tapi vibes-nya kurang. Yuk, next trip lo ikutin jalur wisata rasa, biar perjalanan makin berkesan, lengkap dengan foto, cerita, dan rasa!