Search
Close this search box.

Satu Tahun Diplomasi Prabowo: Indonesia Kian Percaya Diri di Panggung Dunia

"Kini, tinggal bagaimana strategi luar negeri ini terus dikawal agar membawa hasil yang konsisten dan berdampak nyata."

Genap satu tahun sudah Presiden Prabowo Subianto memimpin Indonesia, dan selama periode itu, arah diplomasi luar negeri terlihat semakin aktif dan strategis. Langkah-langkah Prabowo di panggung internasional menandai babak baru dalam upaya memperkuat posisi Indonesia sebagai kekuatan global yang disegani.

Sejak awal masa jabatannya, Prabowo menunjukkan keseriusannya membangun hubungan luar negeri. Ia tercatat melakukan lebih dari 15 kunjungan kenegaraan ke 24 negara, mulai dari Amerika Serikat, China, Arab Saudi, hingga Brasil. Dalam setiap lawatan, Prabowo tak hanya membahas kerja sama politik dan ekonomi, tapi juga memperkuat diplomasi kemanusiaan dan perdamaian.

Momen paling disorot tentu saja ketika Prabowo hadir di Sidang Umum PBB ke-80 di New York pada September 2025. Kehadiran kepala negara Indonesia di forum dunia ini menjadi yang pertama dalam hampir satu dekade. Di hadapan para pemimpin global, Prabowo menegaskan sikap Indonesia terhadap isu Palestina–Israel dan menyerukan pentingnya kerja sama internasional dalam menjaga stabilitas global. Sikap tegas namun diplomatis itu dinilai banyak pihak sebagai langkah yang memperkuat citra Indonesia sebagai negara berdaulat dan berperan aktif dalam urusan dunia.

Tak hanya urusan politik, diplomasi ekonomi juga menjadi perhatian utama. Pemerintah berhasil menuntaskan sejumlah perjanjian penting, termasuk IEU-CEPA (Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia–Uni Eropa), yang membuka peluang besar untuk ekspor produk lokal ke pasar Eropa. Selain itu, kunjungan Prabowo ke Arab Saudi menghasilkan kesepakatan investasi senilai lebih dari US$27 miliar di bidang energi bersih, petrokimia, dan avtur.

Langkah-langkah ini menunjukkan strategi Prabowo yang mengedepankan “diplomasi produktif” — yaitu membangun hubungan internasional yang tidak sekadar simbolik, tetapi berdampak langsung pada pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat.

Meski begitu, sejumlah pengamat menilai masih ada ruang perbaikan. Tantangan terbesar ke depan adalah memastikan bahwa capaian diplomasi ini benar-benar memberikan manfaat nyata bagi masyarakat. Diplomasi yang baik bukan hanya tentang seberapa banyak kunjungan luar negeri, tapi seberapa besar hasil konkret yang bisa dirasakan dalam kehidupan sehari-hari rakyat Indonesia.

Satu tahun berjalan, gaya diplomasi Prabowo menampilkan Indonesia yang lebih percaya diri di kancah global — negara yang tak sekadar hadir, tapi juga bersuara lantang untuk kepentingan rakyatnya dan perdamaian dunia. Kini, tinggal bagaimana strategi luar negeri ini terus dikawal agar membawa hasil yang konsisten dan berdampak nyata.

Karena pada akhirnya, diplomasi bukan hanya urusan elit di panggung dunia, tapi juga tentang bagaimana dunia memandang Indonesia — dan bagaimana rakyat Indonesia merasakan manfaatnya.