Search
Close this search box.

Sup Penyu Vegan Dibuat Menggunakan AI Untuk Atasi Kepunahan

"Kini, semakin banyak perusahaan makanan nabati yang membuat produk menyerupai bahan makanan hewani."

Teknologi AI banyak digunakan oleh perusahaan untuk membuat daging penyu imitasi. Hal ini bertujuan untuk menjaga lingkungan agar spesies penyu tidak semakin langka. Kini, semakin banyak perusahaan makanan nabati yang membuat produk menyerupai bahan makanan hewani.

Hal ini bisa dimanfaatkan untuk berbagai tujuan, seperti dikonsumsi para pelaku vegan/Vegetarian dan menyelamatkan lingkungan. Contohnya yang dilakukan perusahaan makanan nabati asal Chili, NotCo. Dimana mereka prihatin dengan penyu hijau yang kian langka disebabkan dagingnya diburu untuk dijadikan makanan.

Pihak NotCo pun memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan AI untuk mengatasi masalah ini. Mereka berusaha meracik ‘daging’ penyu vegan yang mirip daging penyu asli. “Kami ingin memberikan dampak melalui kecerdasan buatan. Kami telah mengerjakan ini selama beberapa tahun. Kami selalu bertanya pada diri sendiri ‘mengapa tidak’. Itulah sebabnya kami akhirnya bekerja untuk membantu spesies yang terancam punah, seperti halnya sup penyu.” ucap Bernardo Moltedo pemimpin ilmu kuliner AI di NotCo.

Teknologi AI NotCo menganalisis 300.000 tanaman dan membuat 260 triliunan kombinasi hingga menemukan campuran lima protein yang paling mirip dengan daging penyu. Untuk saat ini, daging penyu maupun sup penyu nabati tidak dijual. Namun, perusahaan merencanakan mengadakan kelas virtual untuk mengajari masyarakat cara membuat sup penyu.

Penyu hijau, spesies penyu yang biasa dipakai dalam sup penyu sebagian besar berasal dari Karibia. Reptil ini masuk daftar merah spesies terancam punah menurut Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN). Jumlah, penyu dipengaruhi oleh polusi, cuaca ekstrem, dan penangkapan ikan. Eksplorasi penyu pun dilarang di sebagian besar negara di dunia. Namun, permintaan sup penyu masih tinggi di negara-negara Asia dan Amerika Latin, termasuk China, Meksiko, Peru, dan Malaysia.