Teleskop Luar Angkasa James Webb milik NASA menangkap momen ‘planet ditelan bintang induknya’. Bukan dalam arti sebenarnya, planet tersebut nampak seperti ditelan bintang yang terus membengkak.
Pengamatan ini dilakukan NASA pada tahun 2020 lalu. Selain itu, James Webb mengungkap bahwa planet tersebut pelan-pelan hancur. Alih-alih bintang yang mendatangi bintang, tetapi planet nampak mendatangi bintang. Kemudian pada 2022, James Webb mendapat gambaran adanya gas panas yang membentuk cincin di sekitar bintang.
“Kita tahu bahwa ada sejumlah besar material dari bintang yang dikeluarkan saat planet tersebut mengalami kehancuran. Bukti setelah kejadian adalah material sisa berdebu yang dikeluarkan dari bintang induknya,” kata astronom Ryan Lau dari NOIRLab milik Yayasan Sains Nasional AS, penulis utama studi yang dipublikasikan di Astrophysical Journal dilansir dari Reuters, Senin (14/4/2025).
Setelah diamati oleh para astromon, bintang tersebut diperkirakan berasal dari Galaksi Bima Sakti dengan jarak 12.000 tahun cahaya dari Bumi. Bintang terlihat merah dan kurang bercahaya. Sementara planet yang muncul pada Teleskop James Webb diyakini besarnya mirip Jupiter tetapi bersuhu panas. Menurut penulis studi lainnya, penulis studi Morgan MacLeod, orbit planet tersebut kian memburuk karena interaksi gravitasi dengan bintang.
“Kami yakin planet itu kemungkinan besar adalah planet raksasa, yang massanya paling tidak beberapa kali massa Jupiter, sehingga dapat menyebabkan gangguan dramatis pada bintang seperti yang kita lihat,” katanya.
Planet itu kemudian menyerempet atmosfer bintang. Pada momen tersebut, angin sakal menghantam atmosfer bintang dan mengambil alih sehingga planet seolah masuk ke dalam bintang.
“Planet tersebut jatuh ke dalam dan terkelupas dari lapisan luar gasnya saat ia bergerak semakin dalam ke bintang. Selama perjalanan, tumbukan itu memanas dan mengeluarkan gas bintang, yang memunculkan cahaya yang kita lihat dan gas, debu, serta molekul yang kini mengelilingi bintang,” kata MacLeod.
MacLeod kemudian mengatakan pihaknya dapat mengamati jatuhnya planet yang memengaruhi bintang. Akan tetapi, mereka tak benar-benar tahu pasti apa yang terjadi pada planet. Masalahnya, para peneliti tak bisa membawa bintang maupun planet ke laboratorium. Namun, mereka bisa merekonstruksi apa yang terjadi dalam model komputer. “Dalam astronomi, ada banyak hal yang terlalu besar dan terlalu ‘di luar sana’ untuk dijadikan eksperimen,” ujar MacLeod.
Lau menyebut pengamatan baru James Webb membuka pengetahuan baru tentang petunjuk akhir planet. Sebuah planet bisa saja berakhir hancur jika berputar perlahan ke arah bintang induknya.
Ia menyebut masyarakat tak perlu khawatir jika Matahari akan menelan Bumi layaknya yang terjadi pada planet tersebut. Butuh waktu lima miliar tahun bagi Matahari untuk mengembang ke luar dalam fase raksasa merahnya. “Namun, tata surya kita tampaknya relatif stabil, jadi kita hanya perlu khawatir tentang matahari yang menjadi raksasa merah dan menelan kita,” kata Lau.