Film Tron: Ares resmi tayang di bioskop, namun hasil box office-nya terbilang kurang menggembirakan. Sekuel terbaru dari waralaba sci-fi legendaris Disney itu hanya berhasil mengumpulkan sekitar USD 33,5 juta atau setara Rp554,9 miliar di pekan perdananya di Amerika Serikat dan Kanada.
Angka tersebut jauh di bawah ekspektasi, bahkan masih kalah dari pendahulunya, Tron: Legacy (2010), yang meraih sekitar USD 44 juta saat debutnya. Dengan biaya produksi mencapai USD 180 juta (sekitar Rp2,9 triliun), hasil ini membuat posisi Tron: Ares belum aman secara finansial, apalagi jika memperhitungkan biaya promosi besar yang dikeluarkan Disney.
Secara global, film ini berhasil meraup USD 60 juta (sekitar Rp996 miliar) dari berbagai negara pada pekan pembukaannya. Namun angka tersebut masih jauh dari target yang dibutuhkan agar film ini bisa balik modal, yakni sekitar USD 450 juta.
Sejumlah faktor disebut berkontribusi pada performa lemah ini. Pertama, waktu perilisan yang kurang ideal di bulan Oktober, yang bukan musim blockbuster besar. Kedua, meski Tron memiliki penggemar setia, waralaba ini belum sepopuler film sci-fi raksasa lain seperti Star Wars atau Guardians of the Galaxy. Selain itu, ulasan kritikus yang terbilang “campuran” turut memengaruhi minat penonton umum, meski penonton yang sudah menonton cenderung memberikan respons positif terhadap visual dan konsep ceritanya.
Meski begitu, peluang Tron: Ares belum tertutup. Dengan desain visual futuristik yang memanjakan mata dan elemen nostalgia dari film pendahulunya, film ini masih berpotensi meraih keuntungan tambahan dari pasar internasional, platform streaming, serta penjualan merchandise.
Kinerja Tron: Ares menjadi pengingat bagi Disney dan industri film secara umum bahwa nama besar tidak selalu menjamin kesuksesan komersial. Strategi waktu rilis, promosi, serta koneksi emosional dengan penonton tetap menjadi kunci utama dalam memenangkan pasar hiburan modern.